Oh Dae-Su: “Meskipun aku
tidak lebih baik daripada binatang buas, bukankah aku memiliki hak untuk
hidup?”
Apa yang ada di benak anda ketika saya menyebutkan film
Korea Selatan?? Pasti yang ada di pikiran anda adalah sebuah film drama romantis,
mendayu-dayu dan mengharu biru. Tidak salah sih, para sineas asal negeri
ginseng memang dikenal ahli membuat film-film seperti itu. Tadi ada satu lagi
tema yang acap kali di angkat oleh para sineas Korea Selatan untuk dibuat
menjadi film yaitu balas dendam. Balas dendam, revenge, vengeance entah sudah
berapa film yang dibuat dengan mengangkat tema ini, sebut saja I Saw The Devil, Bedevilled dan Mr. Vengeance.
Film-film ini mendapat apresiasi positif ,tidak hanya di Negara asalnya tapi
juga di luar negeri bahkan Hollywood.
Tapi membahas film Korea Selatan rasanya tidak lengkap
tanpa membahas film yang satu ini, Oldboy.
Film yang disebut-sebut sebagai film terbaik yang pernah dibuat Korea Selatan
ini menceritakan tentang seorang pria biasa bernama Oh Dae-Su (Choi Min-Sik)
yang diculik oleh orang tak dikenal. Daesu kemudian disekap di ruangan rahasia
yang berpintu tebal, Daesu mendekam dalam ruangan itu selama 15 tahun lamanya,
tanpa tahu sedikitpun apa alasannya hingga ia harus disekap selama itu.
Setelah 15 tahun, Daesu akhirnya keluar dari ruangan itu
dengan cara dihipnotis terlebih dahulu agar tidak tahu tempat di mana ia di
sekap, keluar dalam keadaan pakaian rapi dan kehilangan akal sehatnya. Daesu
bersumpah akan menemukan dalang di balik penyekapannya selama ini. Dalam
perjalanannya ia bertemu dengan Mido ( Kang Hye-Jeong) seorang pelayan restoran
sushi yang kemudian bersedia membantu pencariannya, Daesu pun kemudian jatuh
cinta kepada Mido.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk yang berhasil dikumpulkan
oleh Daesu dan Mido dalam beberapa hari, akhirnya mereka menemukan orang yang
mereka cari. Orang itu adalah Lee Woo-Jin (Ji Tae-Yu). Apakah anda berpikir
bahwa film ini akan berakhir dengan kematian Woojin di tangan Daesu?? Tidak,
film ini tidak sesimpel itu. Woo-Jin yang tidak mau memberi tahu alasan kenapa
ia menyekap Daesu, memberikan sebuah tantangan. Dalam 5 hari Daesu harus
mencari tahu sendiri kenapa Woo-Jin menyekap nya selama 15 tahun, barulah
kemudian Daesu bisa membalaskan dendam nya kepada Woo-Jin. Dari 5 hari inilah
Daesu kemudian mendapatkan fakta-fakta mengejutkan tentang Lee Woo-Jin dan
kesalahan-kesalahan dirinya di masa lalu.
Film yang rilis tahun 2003 ini, mendapat sambutan yang
sangat positif di festival film Cannes bahkan mendapat Gran Jury Prize sebuah
penghargaan yang paling bergengsi di festival tersebut. Kesuksesan Oldboy tidak
lepas dari keberanian Sutradara Park Chan-Wook memasukkan tema yang begitu
sensitif di telinga penonton. Kejutan-kejutan yang ada di film ini akan menusuk
para penonton yang berhati lemah. Ya, film ini tidak saya sarankan buat para
penonton yang berhati lemah apalagi di bawah umur karena film ini banyak diisi
adegan kekerasan dan sex yang cukup banyak.
Apresiasi juga pantas di berikan kepada Choi Min-Sik,
aktor watak kelahiran 1962 ini begitu berhasil memerankan Oh Dae-Su yang gila
dan haus darah, saya pun merinding melihat nya. Tidak heran lewat akting nya di
film ini ia diganjar penghargaan aktor terbaik Asia Pasifik di tahun 2004. Ji
Tae-Yu yang berperan sebagai Lee Woo-Jin juga tidak kalah gilanya, dengan
tampangnya yang dingin dan misterius, ia berhasil merencanakan sesuatu yang
mengerikan terhadap Daesu, hingga membuat Daesu menyesali hidupnya.
Editing dan sinematografi film ini layak disejajarkan
dengan film-film Hollywood, bahkan dalam waktu dekat Hollywood berencana
membuat remake fillm ini. Banyak adegan memorable di Oldboy, salah satunya
adegan ketika Daesu memakan seekor gurita hidup-hidup atau adegan perkelahian
Daesu dengan segerombolan preman di sebuah lorong sempit.
Park Chan-Wook sukses menjadikan Oldboy sebagai salah
satu film bertema balas dendam terbaik sepanjang masa, dengan ending nya yang
tidak bisa kita lupakan. Endingnya terlalu ‘sakit’ dan gila. Tapi siapa sangka
inti sebenarnya di film ini adalah kata-kata ‘cinta itu buta’ memang benar
adanya.